Rabu, 13 Juli 2011

Ceritaku Tentang Pengertian Bahasa

Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa memiliki berbagai
definisi. Definisi bahasa adalah
sebagai berikut: 1. suatu sistem untuk mewakili
benda, tindakan, gagasan dan
keadaan. 2. suatu peralatan yang
digunakan untuk
menyampaikan konsep riil
mereka ke dalam pikiran
orang lain 3. suatu kesatuan sistem makna 4. suatu kode yang yang
digunakan oleh pakar
linguistik untuk membedakan
antara bentuk dan makna. 5. suatu ucapan yang menepati
tata bahasa yang telah
ditetapkan (contoh:
Perkataan, kalimat, dan lain-
lain.) 6. suatu sistem tuturan yang
akan dapat dipahami oleh
masyarakat linguistik. Bahasa erat kaitannya dengan kognisi pada manusia, dinyatakan bahwa bahasa adalah fungsi kognisi tertinggi dan tidak dimiliki oleh hewan[1] Ilmu yang mengkaji bahasa ini disebut sebagai linguistik. Menetapkan perbedaan utama
antara bahasa manusia satu dan
yang lainnya sering amat sukar. Chomsky (1986) membuktikan bahwa sebagian dialek Jerman hampir serupa dengan bahasa Belanda dan tidaklah terlalu berbeda sehingga tidak mudah
dikenali sebagai bahasa lain,
khususnya Jerman. Unsur dasar bahasa Fonem yaitu unsur terkecil dari bunyi ucapan yang bisa digunakan
untuk membedakan arti dari
satu kata. Contohnya kata
ular dan ulas memiliki arti
yang berbeda karena
perbedaan pada fonem /er/ dan /es/. Setiap bahasa
memiliki jumlah dan jenis
fonem yang berbeda-beda.
Misalnya bahasa Jepang tidak mengenal fonem /la/ sehingga
perkataan yang menggunakan
fonem /la/ diganti dengan
fonem /ra/. Morfem yaitu unsur terkecil dari pembentukan kata dan
disesuaikan dengan aturan
suatu bahasa. Pada bahasa
Indonesia morfem dapat
berbentuk imbuhan. Misalnya
kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /
duga/. Kata duga merupakan
kata dasar penambahan
morfem /pra/ menyebabkan
perubahan arti pada kata
duga. Sintaksis yaitu penggabungan kata menjadi kalimat berdasarkan aturan sistematis yang
berlaku pada bahasa
tertentu. Dalam bahasa
Indonesia terdapat aturan
SPO atau subjek-predikat- objek. Aturan ini berbeda pada bahasa yang berbeda,
misalnya pada bahasa Belanda
dan Jerman aturan
pembuatan kalimat adalah
kata kerja selalu menjadi kata
kedua dalam setiap kalimat. Hal ini berbeda dengan bahasa Inggris yang memperbolehkan kata kerja diletakan bukan
pada urutan kedua dalam
suatu kalimat. Semantik mempelajari arti dan makna
dari suatu bahasa yang
dibentuk dalam suatu kalimat. Diskurs mengkaji bahasa pada tahap
percakapan, paragraf, bab, cerita atau literatur. Tahapan perolehan bahasa [2] Cooing atau berbunyi Tahapan ini dilakukan oleh bayi di seluruh dunia, tidak terpengaruh pada jenis
bahasa yang ada disekitarnya.
Bayi yangtuna rungu pun melakukannya. Biasanya
terdiri atas bebunyian dari huruf hidup. Babbling atau bergumam Tahapan ini menunjukkan
kecenderungan bayi untuk
mengeluarkan berbagai jenis
fonem yang digabung antara
huruf hidup dan konsonan.
Pada tahap ini suara babbling terdengar sama pada bayi
berbahasa apapun. Ujaran satu kata Tahapan ini menunjukkan
kecenderungan bayi untuk
mengeluarkan fonem yang
berguna pada bahasanya,
baik huruf hidup maupun konsonan. Bayi Jepang tidak akan mengeluarkan fonem /
la/. Pada saat ini bayi mulai
mengeluarkan satu kata. Ujaran dua kata dan penuturan
telegrafik Tahapan ini berlangsung pada
usia 1,5 - 2,5 tahun, dimana
bayi dan balita mulai
menggabungkan dua atau tiga
buah kata. Pada saat ini anak
mulai belajar memahami sintaks. Struktur dasar kalimat dewasa Tahapan ini mulai muncul pada
usia 4 tahun. Ditunjang oleh
pertambahan perolehan kosa kata yang meningkat secara eksponensial Bahasa buatan Ada beberapa bahasa artifisial
(buatan) yang dikenal. Salah
satunya adalah bahasa Esperanto. Bahasa ini diciptakan oleh L. L. Zamenhof di mana bahasa ini merupakan paduan
dari berbagai unsur bahasa,
khususnya bahasa-bahasa Roman
yang dicampurkan dengan unsur-
unsur Bahasa Slavia dan bahasa- bahasa Eropa lainnya, serta
digunakan untuk mempermudah
pembelajaran bahasa karena
kesederhanaan tata bahasanya. Bahasa-bahasa artifisial lainnya
yang disebut conlang (constructed language) antara
lain adalah Bahasa Interlingua
dan Bahasa Lojban. Sebagian pakar bahasa, seperti
J.R.R. Tolkien, telah menciptakan
bahasa rekaan, untuk tujuan di
bidang sastera . Salah satunya
adalah bahasa Quenya, yakni satu bentuk bahasa yang dipakai
oleh kaum Elvish. Quenya mempunyai abjad dan istilah
tersendiri serta dapat digunakan
oleh manusia. Di samping bahasa Quenya, juga diciptakan bahasa Klingon yang pernah dipakai dalam film Star Trek dan Bahasa Grongi yang pernah dipakai
dalam serial Kamen Rider Kuuga. Menerjemahkan bahasa Bahasa manusia yang berbeda-
beda menyebabkan manusia
mencoba untuk
mengungkapkannya dengan
berbagai cara. Salah satunya
adalah dengan menggunakan komputer untuk menerjemahkan satu bahasa ke bahasa lainnya.
Perangkat demikian dikenal
sebagai "Mesin Penerjemah". Mesin Penerjemah merupakan hal
yang sangat diidam-idamkan oleh
para pakar komputer sejak awal.
Pada mulanya mereka
memperkirakan, bahwa hal
tersebut dapat dilakukan dengan mudah. Akan tetapi, hal tersebut
ternyata sulit dalam
pelaksanaannya, sehingga para
pakar komputer tersebut putus
asa. Meskipun demikian, di masa
sekarang ini beberapa perangkat penerjemah telah dijual secara komersial di pasaran. Catatan Bahasa itualat yang sangat tidak memadai untuk berfikir
dengan tertib dan untuk
melahirkan pendapat (C.P.F.
Lecoutere, L. Grootaers dalam
Inleideng tot de Taalkunde en
tot de Geschiedens van het Nederlands, halaman 177) Bahasa sebagai bayang-
bayang pikiran, artinya bahasa tidak dapat
melukiskan bentuk pikiran
sesempurna dan selengkap
bentuk pikiran itu sendiri.
Itulah mengapa timbul apa
yang dikenal sebagai gaya bahasa, ragam bahasa dan
seterusnya. Terdapat 2 macamkaidah bahasa, yaitu kaidah umum yang berlaku untuk semua
bahasa dan kaidah khusus
yang berlaku untuk suatu
bahasa tertentu. Terjemahan: yang diterjemahkan itu bukan
bahasanya (seperti kata-
katanya dan kalimatnya)
tetapi bentuk pikirannya.
Sebab bayang-bayang tidak
sesempurna dan selengkap bentuk pikiran itu sendiri
sehingga kemungkinan salah
makna atau salah terima
pikiran itu sendiri dapat
dikurangi. (Sumber: Mh. Amin Jaiz, Ceramah
tentang Al Quran, Al Hadist dan
Al Ijtihad di Senat Mahasiswa
Fakultas Hukum UNS Surakarta,
28 September 1991)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar